Selasa, 25 Januari 2011

IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

1. Pengertian Iman kepada Kitab-kitab Allah SWT.
a. Pengertian Iman
Menurut bahasa, iman berasal dari bahasa Arab yaitu أَمَنَ- يُؤْمِنُ- إِيْمَانartinya “membenarkan”. Sedangkan menurut istilah, iman ialah kepercayaan dalam hati, meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
b. Pengertian Kitab-Kitab Allah swt.
Kitab Allah ialah wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab itu agar digunakan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia menuju jalan hidup yang benar dan diridhai-Nya
Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat manusia.

2. Suhuf
Selain kitab-kitab, di dalam al-Quran disebutkan adanya Suhuf atau Sahifah (halaman), yang berjumlah seratus Sahifah. Suhuf adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada para Nabi atau rasul-Nya yang berisi hukum-hukum dasar sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan agama-Nya. Sahifah ini diberikan Allah SWT kepada tiga orang Nabi-Nya, masing-masing dengan rincian sebagai berikut:
- 60 Sahifah kepada nabi Syits a.s.
- 30 Sahifah kepada nabi Ibrahim a.s.
- 10 Sahifah kepada nabi Musa a.s.
Firman Allah swt.:
( إِنَّ هَذَا لَفِى الصُّحُفِ اْلأُوْلَى (18) صُحُفِ إِبْرَهِيْمَ وَمُسَ .(19)
Artinya: “Sesungguhnya ini semua benar-benar terdapat di dalam suhuf yang pertama(yaitu) suhuf-suhuf Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.”(Qs.al-a’la: 18-19).
3. Dalil-dalil Naqli yang terkait dengan Iman kepada Kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. merupakan rukun iman yang ketiga. Umat Islam wajib percaya dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah SWT.kepada para Rasul-Nya pasti benar. Firman Allah swt.:
( ياَأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلكِتَبِ اَّلذِيْ نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَاْلكِتَبِ اَّلذِيْ أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ… .(النساء : 136
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah kamu sekalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.”(Qs.An-Nisa’:136)
Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang, niscaya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah bebuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya….(al-Maidah :48)
Kitab-kitab yang dimaksud dalam ayat di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kitab-kitab Allah swt. diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah swt. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
4. Nama-nama kitab Allah swt. dan Rasul yang menerimanya.
Di antara kitab-kitab Allah swt. yang wajib kita imani ada empat (4) yaitu:
a. Kitab Taurat
Kitab Taurat diwahyukan Allah swt. kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil.
Firman Allah swt:
(إِنَّا أَنْزَلْنَا الَّتوْرَاةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌ…(المائدة:44
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44)
Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah Taurat asli, melainkan palsu. Sebab, mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya (ajarannya). Para ulama pun sepakat bahwa taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda.
Allah berfirman:
( مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ اْلكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ…(النساء: 75
Artinya: “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(Qs. An-Nisa’46).
b. Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah SWT agar manusia mengesakannya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga menjelaskan bahwa di akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir.
Kitab Injil yang beredar sekarang hanyalah hasil pikiran manusia bukan wahyu Allah . Misalnya Kitab Injil matius, Injil lukas dan Injil Johanes. Antar Injil tersebut banyak terdapat perbedaan dan bahkan bertentangan. Menurut para ahi, isi dari kitab Injil adalah biografi Nabi isa a.s. dan keyakinan yang ada di dalam ajarannya merupakan pikiran paulus, bukan pendapat orang-orang harawi (pengikut-pengikut nabi isa a.s.) . Ada juga yang dinamakan Injil Bernabas, oleh para ulama dianggap sesuai dengan ajaran tauhid. Namun Injil jenis ini tidak dipakai oleh orang-orang Kristen (Nasrani). Dengan demikian, yang wajib dipercayai oleh umat islam hanyalah Injil yang diturunkan Allah SWT.kepada nabi isa a.s.
Firman Allah swt.:
( وَأَتَيْنَهُ اْلإِنْجِيْلَ فِيْهِ هُدَى وَّنُوْرٌ…(المائدة : 46
Artinya: “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)” …(al-Maidah 46)
c. Kitab Zabur
Kitab zabur diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah tidak memuat syariat.

Firman Allah swt.:
( وَاَتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْرًا (الاءسراء : 55
Artinya: “Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)
d. Kitab al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa , berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu,sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali. Firman Allah:
(وَاَنْزَلْنَا اِلَيْكَ اْلكِتَبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقَا لِّمَابَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ…(المائدة :48
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…(al-Maidah : 48)
Firman Allah swt.:
(ذَلِكَ الْكِتَبُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ (البقره:2
Artinya: “Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”.(Qs.al-Baqarah:2)
Isi pokok kandungan al-Quran adalah:
1. aqidah atau keimanan
2. Ibadah baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah
3. Akhlak seorang hamba kepada khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya
4. Mu’amalah yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia
5. Wa’ad dan wa’id
6. Kisah kisah nabi dan rasul, orang-orang shaleh dan orang-orang yang inkar
7. Ilmu pengetahuan.
Keistimewaan kitab suci al-Quran dibanding dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah swt. sampai akhir zaman.
firman Allah swt.:
(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّالَهُ لَحَفِضُوْنَ(الحجر:9
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)
b. Al-Quran memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran mencakup segala aspek kehidupan manusia.
c. Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin menyimpangkannya karena Allah swt. yang selalu memeliharanya.
Allah swt. Berfirman:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ اْلإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هَذَا اْلقُرْأَنَ لاَ يَْأتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا ( الإسراء :88
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”( Qs.al-Isra’88)
d. Al-quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan untuk seluruh umat manusia.
e. Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah. Masih banyak keistimewaan al-Quran dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya.
Oleh karena itu, sebagai kitab suci umat Islam, kita harus berusaha mempelajari dan mengkaji al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah akan diperoleh berbagai keuntungan untuk hidup di dunia dan di akhirat. Karena dengan hanya membaca saja sudah merupakan ibadah kepada Allah apalagi jika kita dapat memahami dan mengamalkannya.
Sabda Rasulullah saw.:
(عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ اْلقُرْأَنَ فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَّكَ فِى اْلأَرْضِ وَذُخْرُ لَكَ فِى السَّمَاءِ (رواه ابن ماجه
Artinya: “atas engkau membaca al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn Majah)
5. Menjadikan al-Quran sebagai sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak problem kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh manusia.sepertinya:
- Berbagai macam jenis penyakit timbul tanpa diketahui cara pengobatannya,
- terjadinya bencana yang tidak disangka-sangka,
- terjadinya gejolak sosial,dsb.
Semuanya itu merupakan dampak sikap sikap manusia yang meninggalkan al-Quran. Padahal Rasulullah saw. Telah berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا كِتَااللهِ وَسُنَةَ رَسُوْلَهُ. (رواه حكيم
Artinya: “kutinggalkan untukmu dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-Hakim) Dengan membaca dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang ada dalam al-Quran,akan:
- Menghilangkan kegelisahan bathin, bahkan penyakit jiwa yang erat kaitannya dengan penyakit jasmani.
- Meningkatkan kewaspadaan diri untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larang-Nya.
- Meningkatkan kesadaran bahwa apa yang diperbuat di atas dunia ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian, selaku seorang muslim haruslah kita:
- Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan berpedoman dengan yang lainnya,
- Berusaha untuk selalu menghormati, memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci al-Quran.
- Senantiasa membaca al-Quran dalam segala kesempatan di kala suka maupun duka.
- berusaha untuk memahami arti dan isi kandungannya
- berusaha untuk mengamalkan isi kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.
6. Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah swt.
a. Mempertebal keimanan kepada Allah swt. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik yang nampak maupun yang gaib.
b. Memperkuat keyakinan seseorang kepada tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan meyakini kitab-kitab Allah swt. Maka akan percaya terhadap kebenaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.
c. Menambah ilmu pengetahuan. Karena di dalam kitab-kitab Allah, di samping berisi tentang perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai dengan perkembangan zaman.
d. Menanamkan sikap toleransi terhadap agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab Allah maka umat Islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
Kesimpulan :
Nama Kitab-Kitab Allah
Ada empat kitab Allah yang disebutkan dalam Al Quran, yakni: Nama Kitab Bahasa Rasul Yang Menerima
Taurat Ibrani Musa AS
Zabur Qibti Daud AS
Injil Suryani Isa AS
Al Quran Arab Muhammad SAW
1. Iman kepada kitab Allah swt. adalah rukun iman yang ketiga.
2. Pengertian Iman kepada kitab Allah swt adalah meyakini dan membenarkan bahwa Allah swt telah menurunkan Wahyu-Nya kepada para Rasul, yang termuat di dalam Kitab-kitabNya.(Taurat, Zabur, Injil dan al-Quran).
3. Isi pokok dari semua kitab Allah swt ini sama yaitu bertauhid dan mengesakan Allah swt.
4. Kitab al-Quran memiliki keistimewaan dibanding kitab yang lainnya, di antara keistimewaan itu adalah, bahwa: – Al-Quran berlaku untuk seluruh umat manusia – Al-Quran terjamin pemeliharaannya sampai akhir zaman.
5. Fungsi utama beriman kepada kitab Allah swt adalah sebagai pedoman bagi umat manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

Rabu, 04 Agustus 2010

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
(QS. YAASIIN:10)

IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH
A. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad.
6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan
7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula.
B. Tugas Para Rasul
Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima ajaran yang dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
a. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
b. Allah adalah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah adalah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6
7. Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut:
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)
C. Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
Di antara tanda-tanda orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut:
1. Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.

2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka selalu mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan. (Q.S. Al Hasyr ayat 7).
Selain itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai berikut:
a. Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).
b. Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut:
1) Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2) Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3) Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4) Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau idiot (baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)

6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40), Dalam ayat ini Allah menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para nabi)
7.Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24)
D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya.
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.
E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuj
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan
Mengenal lebih dekat pribadi nabi Muhammad saw.
Adalah keistimewaan Nabi saw. bahwa apabila beliau mendirikan salat, ia dapat memandang orang yang dibelakangnya seperti halnya beliau memandang orang yang di depannya. Aisyah berkata : “ Adalah Nabi saw. dapat melihat di dalam gelap seperti halnya beliau melihat di waktu terang .”
Abu Hurairah berkata: “ Saya tidak melihat seseorang yang lebih cepat jalannya daripada Rasulullah saw, seolah-olah bumi ini berlipat baginya, kami telah mengeluarkan banyak tenaga, tetapi beliau kelihatan berjalan biasa tanpa mengeluarkan tenaga.”
Tentang tertawanya saw. bahwa beliau menunjukkan kegirangan hatinya dengan senyum. Bila ia berpaling, maka ia berpaling dengan keseluruhan badannya. Bila ia berjalan, ia begerak dengan gerak tangkas.
Tentang kefasihan lisan dan retorika (balaghah) nya ia sangat sempurna. Kata-katanya singkat dan padat. Lafadznya fasih dan lancar tanpa dibikin-bikin.
Ia mengetahui berbagai dialek arab, sehingga ia dapat berbicara dengan setiap umat dengan mempergunakan bahasa (dialek) daerahnya masing-masing.
Adapun tentang perkara tingkah-laku yang berupa akhlaq yang terpuji, adab susila dan sopan santun serta budi pekerti luhur, maka itu merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan Nabi saw. dalam wujudnya yang paling sempurna sebagaimana disanjungkan Allah kepadanya;”sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang agung.” Berkata Aisyah ra. :”Akhlaq Rasulullah saw adalah Al Quran . Dia rela dengan relanya Al Quran, dan dia murka dengan murkanya Al Quran.” Nabi bersabda:” Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Tentang kesabaran dan pemaaf nabi dapat diketahui ketika beliau berdakwah di Thaif. Ia memaafkan mereka meski mereka bertindak sadis kepadanya.
Tentang kemurahan hatinya saw. dapat diikuti cerita sahabat beliau, Ibnu Abbas, bahwa pernah ada orang mengantarkan uang kepada beliau saw. Sebagai hadiah sebanyak 70.000 dinar. Uang itu diletakkan beliau di atas tikar. Sambil duduk bersila, uang itu dibagi-bagikan kepada kaum fakir miskin, dan beliau saw. belum mau berdiri sebelum uang itu habis. Setelah uang itu habis, ternyata masih ada orang fakir miskin yang datang meminta kepada Rasulullah. Maka beliau saw. berkata kepada orang tersebut: “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, tetapi silahkan kamu berutang atas nama saya, nanti saya bayar !” Melihat yang demikian, berkatalah Umar bin Khattab kepada beliau saw :”Allah tidak akan memberati engkau apa yang engkau tidak mampu melakukannya.” Umar berkata demikian demi karena sayangnya kepada Rasulullah saw. Yang harus memberati dirinya dengan uang demi untuk memenuhi permintaan orang lain.
Tentang tawadlunya Nabi dapat dibuktikan, bahwa beliau tidak mau dikultuskan (disucikan atau didewa-dewakan) orang. Ketika para sahabat berdiri menghormati kedatangannya, maka beliau suruh semuanya duduk dan beliau berkata : “ Jangan kamu berdiri menghormati kedatanganku seperti halnya orang-orang ‘ajam berdiri menghormati pembesar-pembesar mereka. Jangan kamu dewakan aku seperti halnya kaum nasrani menuhankan Isa anak Maryam. Aku ini hanya seorang hamba, dan karena itu panggillah aku “ Abdullah warasuluhu.” (Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal 75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977)

Minggu, 18 Juli 2010

DZIKIR 1

mengenai dzikir, ada dua macam, dzikir khofi dan dzikir jahri, kedua dzikir tetsebut ditujukan untk mendekatkan diri kepada ALLAH. di NU sendiri bahkan ada tiga jahri, khofi, sirri, ketiganya di pakai pada kesempatan yang berbeda beda. umpamanya ketika bersama sama dalam satu acara, jamaah, maka yang dipakai adalah dzikir jahri atau di keraskan ini berdasarkan bahkan dari hadits Qudsi (buka kitab ahaaditsul qudsiyyah halaman 23). mengenai al a'raf 205 tersebut banyak penafsirannya: salah satunya adalah ketika kita berdzikir dalam kesendirian di anjurkan untk tidak mengeraskan suara, dan kaitannya pada ayat sebelumnya adalah ketika berdzikir dan di samping kita ada orang yang membaca al quran, maka di anjurkan untuk mesirrikan. kata anjuran dan sangat di anjurkan tapi tidak bermaksud melarang adalah diwakilkan dengan kalimat " DUUNA" bukan kata "LAA", artinya perlu adanya penafsiran kembali.
sedangkan qunud merupakan anjuran oleh rasulullah dan merupakan adat yang dipakai oleh rasulullah, dan adat tersebut masih tetap di pelihara sampai sekarang,. di tempat saya solat jum'at juga pakai qunut.
semoga keterangan tersebut membantu saudari

JILBAB

Wacana publik tentang jilbab seringkali berputar-putar pada
pertanyaan: Apakah ia sebuah ekspresi kultural Arab ataukah substansi
ajaran agama; Apakah ia sebuah simbol kesalehan dan ketaatan
seseorang terhadap otoritas agama ataukah simbol perlawanan dan
pengukuhan identitas seseorang? Banyak feminis "beraliran" Barat
memandangnya sebagai sebuah bias kultur patriarkhi serta tanda
keterbelakangan, subordinasi dan penindasan terhadap perempuan.

Wacana publik tentang jilbab seringkali berputar-putar pada
pertanyaan: Apakah ia sebuah ekspresi kultural Arab ataukah substansi
ajaran agama; Apakah ia sebuah simbol kesalehan dan ketaatan
seseorang terhadap otoritas agama ataukah simbol perlawanan dan
pengukuhan identitas seseorang? Banyak feminis "beraliran" Barat
memandangnya sebagai sebuah bias kultur patriarkhi serta tanda
keterbelakangan, subordinasi dan penindasan terhadap perempuan.
Fatima Mernissi,misalnya, menggugat bahwa jilbab hanya menjadi
penghalang yang menyembunyikan kaum wanita dari ruang publik
(Pemberontakan Wanita:1996). Tapi di sisi lain, jilbab dianggap
sebagai pembebas dan ruang negosiasi perempuan.

Pada titik ini, jilbab sebenarnya masuk pada arena kontestasi ?sebuah
permainan makna dan tafsir. Relasi-kuasa bermain dan saling tarik
antara kalangan agamawan normatif dan feminis liberal; antara atas
nama kepentingan norma (tabu, aurat, kesucian, dan privasi) dan atas
nama kebebasan perempuan (ruang gerak, persamaan dll).

Menurut penelitian Stern (1939a: 108), "Nabi Muhammad tak
memperkenalkan kebiasaan berjilbab." Hansen juga berpendapat (1967:
71), "pemingitan dan jilbab merupakan fenomena asing bagi masyarakat
Arab dan tak diketahui pada masa Nabi." Asal-usul jilbab dibahas oleh
banyak orang pada tahun 1970-an dan 1980-an (lihat misalnya Marsot
1978: 261-276; Dengler 1978: 229-244; El Guindi 1983: 79-89). Jilbab
telah umum diakui keberadaannya di wilayah Mesopotamia/Mediterania.
(Fadwa el-Guindi: 1996). Al-Zarkasyi juga telah mengemukakan bukti
bahwa beberapa kota penting di zaman Romawi dan Yunani sudah
menggunakan kostum yang menutupi seluruh anggota badan, kecuali satu
bola mata untuk melihat (al-Zarkasyi: 1970).

Pandangan yang lebih moderat lahir dari seorang penulis Iran,
Navabakhsh: "Semula Alquran sendiri tak menetapkan kapan wanita harus
dihijab dari lingkungan laki-laki. Tak dikenal sebagai suatu fenomena
sosial historis pada masa Nabi. Hijab ketika itu lebih sering
diasosiasikan dengan gaya hidup kelas atas di kalangan masyarakat
petani dan para pendatang, yang merupakan tradisi pra-Islam di Syria
dan adat di kalangan orang-orang Yahudi, Kristen, dan Sasania."
(Mustafa Hashem Sherif: 157).

Kewajiban berjilbab biasanya didasarkan Q.s al-Nur [24]: 31 dan
al-Ahzab [33]: 59). Kedua ayat itu melegitimasi kesucian para pemakai
jilbab di ruang privat maupun publik. Sayangnya, jarang sekali
diungkap konteks sosial dibalik turunnya ayat-ayat tersebut. Bagi
para mufasir, kedua ayat itu turun setelah peristiwa fitnah keji
terhadap Aisyah. Fitnah perselingkuhan Aisyah ini sangat
menghebohkan umat Islam di Madinah. Fitnah keji itu berakhir setelah
turun ayat Q.s al-Nur: 31, khusus untuk membersihkan nama Aisyah.

Sejak peristiwa itu turun ayat lain yang cenderung membatasi ruang
gerak keluarga Nabi, khususnya dalam Q.s al-Nur dan al-Ahzab di mana
ayat-ayat jilbab itu ditemukan. Dilihat dari konteks ayat-ayat
jilbab,hijab dan kecenderungan pembatasan perempuan, khususnya kepada
keluarga Nabi, seolah merupakan refleksi dari suatu situasi khusus
yang terjadi di Madinah ketika itu.

Riwayat lain mengukuhkan bahwa suasana masyarakat Madinah ketika itu
tak tentram, dalam situasi perang berkepanjangan. Apalagi, umat Islam
saat itu baru saja mengalami kekalahan dalam perang Uhud, yang
membengkakkan populasi janda dan anak yatim. Janda dan
anak-yatim-perempuan ketika itu sering kali menjadi objek pelecehan
seksual dari laki-laki nakal. Hanya kaum perempuan bangsawanlah yang
terhindar dari pelecehan itu karena mereka mengunakan jilbab. Maka,
seruan untuk berjilbab pada saat itu adalah salah satu srategi budaya
atau tindakan preventif atas terjadinya pelecehan terhadap perempuan.

Dalam konteks kekinian, jilbab juga menjadi simbol identitas, status,
kelas dan kekuasaan. Menurut Crawley, misalnya, pakaian adalah
ekspresi yang paling khas dalam bentuk material dari berbagai
tingkatan kehidupan sosial sehingga jilbab menjadi sebuah eksistensi
sosial, dan individu dalam komunitasnya (Al Guindi 117). Di Afrika
Utara, jilbab menjadi pembungkam perempuan dalam wilayah publik
secara umum. Namun, kadangkala juga kerap digunakan oleh perempuan
pedesaan bepergian di luar wilayah mereka." (Sharma 1978: 223-4).

Di Yaman, jilbab sebagai simbol status yang terstratifikasi. Bagi
perempuan bangsawan memakai syarsyaf, jenis jilbab yang terbuat dari
sutera. Sementara perempuan dari status ekonomi yang lebih rendah
cenderung memakai sitara. Makhlouf menyatakan bahwa "jilbab, walaupun
jelas-jelas merupakan pembatasan komunikasi ? [dia juga merupakan
sebuah simbol] alat komunikasi ? [dan] berjilbab tentunya menciptakan
suatu perintang bagi ekspresi bebas wanita sebagai seorang pribadi ?
[tapi jilbab juga meningkatkan] ekspresi diri dan femininitas"
(Makhlouf 1979: 31-32).

Lebih dari itu, jilbab juga menjadi simbol pembebasan dan resistensi.
Sebagai gerakan resistensi, ia tak hanya berhenti pada masyarakat
Timur Tengah, melainkan terejawantah dalam masyarakat muslim modern
di
berbagai belahan dunia. Resistensi adalah sebuah perlawanan atau
strategi untuk mengukuhkan eksistensi seseorang atau suatu komunitas.
Cudjoe dan Harlow mendefinisikan resistensi sebagai sebuah tindakan
yang dirancang untuk membebaskan masyarakat dari penindasnya, dan ia
sepenuhnya memasukkan pengalaman hidup dibawah penindasan itu, yang
kemudian menjadi prinsip estetik yang otonom (Cudjoe dan Harlow:
2000).

Di Aljazair, misalnya, jilbab mempunyai peran penting dalam proses
kemerdekaan negara ini. Kolonial Perancis tidak hanya mengontrol
hukum
Islam ?perkara-perkara pidana tapi juga menghancurkan kebudayaan
mereka? memberangus adat setempat, dan melarang warga mempelajari
bahasa mereka sendiri. Para pendatang Perancis mendominasi wilayah
Aljazair dan memegang posisi-posisi fungsionaris publik, dan
mengontrol pos-pos subordinat di bawahnya. Strategi lainnya adalah
mem-Perancis-kan wanita Aljazair dengan mencabut akar budayanya.
Jilbab menjadi target kolonial untuk mengontrol dan melepaskan? untuk
mempengaruhi wanita Aljazair agar melepaskan jilbabnya dengan alasan
untuk memodernisir Aljazair. Namun, budaya tradisional Arab?Aljazair
memandang keluarga adalah pusat di mana dunia sosial moral itu
berada;
wanita adalah pusat identitas sakral keluarga dan penjaga harga diri
dan reputasi keluarga Arab. Keibuan dipandang sakral. Maka, menyerang
wanita Muslim, berarti mendestabilisasikan inti sistem
sosial-spiritual dan memperkosa secara literal maupun figuratif akar
budaya mereka. Dan salah satu bentuk perlawanan Aljazair terhadap apa
yang dilakukan oleh Perancis itu adalah memperkuat jilbab sebagai
bagian dari simbol nasional dan kultural perjuangan wanita Aljazair
(El Guindi: 1996).

Di tanah air, jilbab tidak hanya dipakai orang tua, tapi juga para
remaja, pekerja di kantor, instansi maupun pemerintahan, para artis,
bahkan para pelacur sekalipun. Tentu, ia pun sarat makna. Di satu
sisi, jilbab menjadi simbol pakaian muslimah santri, terutama yang
berasal dari pesantren. Di sisi lain, ia dijadikan busana yang lazim
dikenakan hanya pada momen-momen kerohanian ?salat, pengajian,
berkabung, bahkan saat menghadiri pesta pernikahan; sebaliknya tak
dipakai pada berbagai aktivitas kesehariannya.

Pada akhir 1980-an, ribuan mahasiswi dan pelajar berjilbab membanjiri
jalanan di berbagai kota besar. Mereka memprotes kebijakan Mendikbud
yang melarang jilbab di sekolah-sekolah umum. Mereka ingin
mengukuhkan identitas kemuslimahannya dengan mentradisikan
berjilbab. Jilbab lebih dari sekadar kewajiban, tapi simbol kultural
yang membedakan komunitas mereka (santri) dengan komunitas lainnya
(abangan dan non-muslim).

Kalangan selebritis sibuk menutupi kepalanya yang biasa terbuka itu
dengan jilbab di bulan Ramadhan. Jelas pemakaian jilbab tak ada
hubungan dengan kesalehan maupun ketaatan beragama. Sebab, begitu
bulan suci itu usai, jilbabnya pun dilepas. Bagi mereka, berjilbab
hanyalah tuntutan pasar; strategi untuk meraup keuntungan material
dengan penampakan spiritual.

Begitu pula para pelacur. Di Nangroe Aceh Darussalam, mereka
menyembunyikan identitasnya dengan memakai jilbab (Lily Munir, 2002).
Mengingat posisinya sebagai pekerja seks dalam ruang sosial dianggap
hina, kotor, dan melecehkan moralitas, mereka harus mencari simbol
sebagai alibi stereotip itu. Dengan memakai jilbab, mereka ingin
eksistensi dan identitas mereka diakui dan dihormati di tengah-tengah
masyarakat.

Dengan demikian, tidaklah layak jika kita menggeneralisir bahwa
perempuan berjilbab itu berarti suci, sopan, dan saleh. Begitu pula
sebalikya, perempuan tidak berjilbab dicitrakan sebagai perempuan
kotor, kurang sopan, dan tidak taat beragama.

Pendek kata, jilbab secara historis mempunyai banyak makna. Jilbab
lebih dari sekadar cita rasa berbusana religius. Jilbab terkadang
tampil sebagai simbol ideologis dari suatu komunitas tertentu,
menjadi fenomena bagi suatu lapisan elit sosial, menjadi simbol
segregasi jender, menjadi simbol komunitas patriarki, menjadi simbol
"keterbatasan" peran wanita, dan lain-lain. Jilbab adalah sebuah
fenomena majemuk, memiliki tingkat-tingkat makna dan beragam konteks.
Persoalan jilbab tak lagi wajib-mubah, haram-halal, etis-tidak etis.
Ia menyiratkan simbol sarat makna dan kepentingan, tergantung siapa
pemakainya.

SEEMOGA UKHUWAH KEISLAMAN YANG BENAR MENYERTAI KITA UMAT ISLAM.....

Senin, 12 Juli 2010

PACARAN.....MAU??????

Awas !!! Pacaran = Mendekati Zina
Janganlah Mendekati ZINA !!
إن الحمد لله نحمده ونستعینھ ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سیئات
أعمالنا من یھده الله فلا مضل لھ ومن یضلل فلا ھادي لھ، وأشھد أن لا إلھ إلا الله
وأشھد أن محمدا عبده ورسولھ, وعلى آلھ وأصحابھ وسلم تسلیما كثیرا وبعد،،
Saudara-saudaraku kaum muslimin,
Sesungguhnya sudah jelas firman Allah dalam Kitab-Nya dan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. dalam Sunnahnya serta Ijma' para Ulama tentang haramnya zina dan bahwasanya dia termasuk kekejian dan dosa besar.
Tapi..., kita mendapati banyak kaum muslimin yang terjerumus ke-dalam jurang kekejian ini, mereka mengikuti hawa nafsu dan syahwat mereka, lupa kepada Allah dan laranganNya, lupa kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. dan sabdanya lupa kepada para Ulama dan nasihat-nasihatnya..
Sebagian mereka berusaha untuk menghalalkan zina dengan ta'wil-ta'wil yang bathil bahwa zina adalah perkosaan, sedangkan jika berdasarkan 'suka sama suka' maka tidak mengapa... Sebagian mereka bahkan berusaha untuk menipu Allah- dan sesungguhnya mereka tidak menipu kecuali diri mereka sendiri- dengan berpura-pura menikah dan berperan seakan-akan suami-istri, padahal si-wanita sudah punya suami di negerinya atau di tempat lain, dan yang pria hanya berniat memuaskan nafsunya untuk
sementara waktu -naudzu billah-. Atau..., mereka berdalil dengan ucapan orang-orang Syiah yang bathil tentang kawin mut'ah yang mana tidak lain adalah penghalalan zina dengan berkedok agama !!!.
Sungguh benar ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. :
(یكونن في أمتي أقوام یستحلون الحر والحریر والخمر والمعازف) صحیح
الجامع 5466
"Pasti akan ada dari ummatku suatu kaum yang (berusaha) menghalalkan zina, sutra, khomer(minuman keras), dan alat-alat musik!." (H.R. Bukhari.)
Saudara-saudaraku kaum muslimin,Tidakkah anda ingat ucapan Allah Ta'ala dalam KitabNya yang mulya :
Artinya :
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek" (Al Qur’an Surat Al Isra 32)
Dalam tafsir Kalamul Mannan, Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa'di berkata : "Larangan Allah untuk mendekatii zina itu lebih tegas dari pada sekedar melarang perbuatannya, karena berarti Allah melarang semua yang menjurus kepada zina dan mengharamkan seluruh faktor-faktor yang mendorong kepadanya,”
Maka bisa saya katakan, kalau jalan-jalan dan faktor-faktor yang menuju kepadanya saja dilarang apalagi perbuatannya!.
Sungguh amat keji perbuatan itu dan sungguh amat benar ucapan Allah bahwa zina adalah Fahisyah yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman pula dalam tafsirnya : "Al Fahisyah adalah sesuatu yang dianggap sangat jelek dan keji oleh Syari'at, oleh akal sehat dan fitrah manusia, karena mengandung pelanggaran terhadap hak Allah, hak wanita, hak keluarganya atau suaminya, dan merusak kehidupan rumahtangga serta tercampurnya (kacaunya) nasab keturunan.”
Dan sering sekali fahisyah di dalam Al-Qur'an ataupun Al-Hadits dimaksudkan dengan zina.
Demi Allah sesungguhnya zina adalah dosa besar... dan bukan masalah kecil. Ibnu Mas'ud pernah
bertanya tentang dosa-dosa besar kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : Aku berkata :
"Wahai Rasulullah.., dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?
Beliau bersabda : "Engkau menjadikan bersama Allah sekutu yang lain, padahal Dia menciptakan kamu."
Dia (Ibnu Mas'ud) berkata : "Kemudian apa?"
Beliau bersabda : "Engkau membunuh anak kamu karena khawatir dia makan bersama kamu."
Dia berkata :"kemudian apa?"
Beliau bersabda : "Engkau berzina dengan istri tetanggamu."
Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. membacakan ayat (tentang sifat-sifat Hamba-hamba
Allah Ar-Rahman) diantaranya Allah mengatakan:
Artinya :
"Yaitu orang-orang yang tidak menyeru bersama Allah sesembahan yang lain dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak dan tidak berzina. Dan barang siapa melakukan yang demikian akan mendapatkan dosa, akan dilipat gandakan adzabnya pada hari kiamat dan kekal di dalamnya dengan terhina." (Al Qur’an Surat Al Furqan 68 – 69)
Demikianlah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mengatakan bahwa yang paling banyak
menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan farji (kemaluan). Beliau bersabda :
(أكثر ما یدخل الناس النار الفم والفرج) رواه الترمذي وابن حبان في صحیحھ
Artinya:
"Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan." (H.R.
Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)
Maka pantaslah kalau tentang hal ini Imam Ahmad mengatakan: "Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa dari pada zina,”
Dan Ibnu Mas'ud berkata : "Tidaklah muncul riba dan zina pada suatu daerah kecuali Allah akan
mengizinkan kehancurannya."
Maka jelaslah masalah buruknya zina, Allah mengatakan bahwa zina adalah perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk, Rasulullah bersabda bahwa zina adalah dosa besar yang banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka, demikian pula para Ulama. Sedangkan akal sehat dan fitrah bisa kita
tanyakan pada diri kita sendiri..........
Bagaimana jika istri kita sendiri yang dizinai...?
Atau Ibu kita? atau anak perempuan kita? Atau kakak dan adik perempuan kita?
Demikianlah cara berfikir yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. ketika datang kepadanya seorang pemuda dan berkata: "Wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. izinkanlah aku untuk berzina !" Maka para sahabat segera melarangnya dengan marah. Kemudian Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wassalam. bersabda : "Mendekatlah!" Maka dia mendekat kepadanya. Kemudian bersabda: "Duduklah!" Maka dia duduk. Kemudian Beliau bersabda: "Sukakah kalau itu terjadi pada
ibumu? "Dia menjawab : "Tidak. Demi Allah, aku sebagai jaminan untukmu. "Beliau bersabda :
"Demikian pula manusia seluruhnya tidak suka zina itu terjadi pada ibu-ibu mereka. "Kemudian Beliau
bertanya lagi : "Sukakah kalau itu terjadi pada anak perempuanmu? "Dan pemuda itu menjawab seperti tadi.
Demikianlah selanjutnya Beliau bertanya jika itu terjadi pada saudara perempuannya, bibinya dst. Atau sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya.
Dan cukup untuk mencontohkan marahnya seseorang karena cemburu, apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Ubadah Radiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata: "Kalau akumelihat seorang laki-laki bersama istriku akan aku pukul dengan pedangku tanpa aku ma'afkan."
Bagaimana pendapat anda dengan kecemburuan Sa'ad bin Ubadah? Jangan kalian anggap ini
berlebihan ! Ketahuilah bahwa inilah yang hak, bahkan kalau ada seorang yang tidak marah ketika melihat istrinya bersama laki-laki lain maka inilah yang disebut oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. dengan "Dayyuts" yang tidak akan masuk surga. Dengarlah apa kata Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. ketika mendengar ucapan Sa'ad Radiyallahu ‘anhu :
(أتعجبون من غیرة سعد؟ والله لأنا أغیر منھ، والله أغیر مني، ومن أجل غیرة الله حرم
17 ) متفق ) الفواحش ما ظھر منھا وما بطن ) رواه البخاري ( 7416 )، ومسلم( 1499
علیھ.
“Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa'ad? Demi Allah aku lebih cemburu dari padanya, dan Allah lebih cemburu dari padaku. Dan karena kecemburuan itulah Allah mengharamkan seluruh fahisyah yang lahir ataupun yang bathin." (H. R. Bukhari dan Muslim)..
Saudara-saudaraku kaum muslimin,
Hati-hatilah terhadap perbuatan zina! Dan janganlah masuk ke-dalam jalan-jalan yang mendekati zina.
Sesungguhnya sabar untuk tidak masuk ke jalan-jalan tersebut lebih mudah daripada sabar untuk tidak berzina ketika sudah ada di dalam jalannya.
Maka janganlah mendekati zina dan janganlah masuk ke dalam jalan-jalan yang mendekatinya. Dan diantara jalan-jalan tersebut adalah:
Pertama : Memandang wanita dan auratnya termasuk wajahnya.
Ini sangat erat sekali hubungannya dengan zina, hingga Allah berfirman:
Artinya :
"Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."(An-nur : 30)
Demikian pula Allah memerintahkan kepada wanita agar menahan pandangannya terhadap laki-laki dan menjaga kemaluannya. Allah berfirman :
Artinya :
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan
menjaga kemaluannya." (QS An Nuur 31)
Dan karena menutup jalan menuju zina pula Allah memerintahkan para wanita mu'minah agar menutup auratnya. Allah berfirman selanjutnya :
Artinya:
"Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya." (An-Nur : 31)
Jadi jelas menyaksikan TV atau Video (terlebih film/video/vcd/dvd porno, red), dimana tampil wanitawanita dengan membuka aurat dan berhias (Tabarruj) termasuk jalan kepada zina yang diharamkan oleh Allah. Demikian pula majalah-majalah, atau gambar-gambar (termasuk gambar cabul, gambar porno, majalah porno yang tersebar baik di media cetak maupun Internet, red).
Kedua : Pendengaran.
Pendengaranpun bisa menjadi jalan mendekati zina, bila mendengarkan nyanyian-nyanyian wanita yang bukan muhrimnya, apalagi dengan diiringi musik, dan isinya tentang cumbu dan rayu atau cinta dan kasih dll.
Oleh karena itu Allah berfirman kepada para istri-istri Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam,yang mereka itu adalah contoh teladan bagi seluruh kaum wanita muslimah:
) {فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَیَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِھِ مَرَضٌ { (سورة الأحزاب - 32
Artinya:
"Maka janganlah kalian tunduk (lemah) dalam pembicaraan sehingga menimbulkan keinginan pada orang-orang yang dihatinya ada penyakit...)" Q.S. Al Ahzab 32.
Ketiga : Ikhtilath (percampuran atau pergaulan bebas laki-laki dan wanita.
Ini adalah jalan yang paling banyak menjerumuskan manusia kepada zina. Betapa banyak perzinahan terjadi yang penyebabnya adalah perkenalan mereka di kantor, atau keakraban mereka di sekolah, kampus, atau perjumpaan mereka di kendaraan umum, dll.
Allah Taala berfirman:
Artinya :
"Kalau kamu meminta kepada mereka sesuatu kebutuhan, mintalah dari balik hijab (tabir), yang demikian lebih suci bagi hatimu dan hati mereka." (Q.S. Al Ahzab 53.)
Keempat : Khalwat (berduaan) dengan seorang wanita yang bukan mahramnya.
Ini lebih bahaya dari yang ketiga. Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahramnya kecuali yang ketiganya adalah syaithon. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. bersabda:
(لا یخلون رجل بامرأة إلا مع ذي محرم) رواه البخاري ومسلم
Artinya :
"Janganlah sekali-kali seorang (diantara kalian) berduaan dengan wanita, kecuali dengan mahramnya” (H.R Bukhari dan Muslim).
Dan Beliau Shalallahu 'alaihi wassalam juga bersabda :
(إیاكم والدخول على النساء) رواه البخاري ومسلم
Artinya :
"Janganlah sekali-kali kalian masuk ke (tempat) wanita." Maka berkatalah seorang dari kalangan
Anshor : Bagaimana pendapatmu kalau wanita tersebut adalah ipar (saudara istri)?
Maka Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam. menjawab :
(الحمو الموت ) رواه البخاري ومسلم
Artinya : "Ipar adalah maut." (H. R. Bukhari dan Muslim.)
Maka termasuk jalan mendekati zina, perginya seorang perempuan dengan sopirnya, tinggalnya seorang laki-laki di rumah bersama pembantu perempuannya atau lainnya dari bentuk-bentuk khalwat walaupun asalnya berniat baik, seperti mengantarkan seorang wanita ke tempat tertentu.
Demikianlah wahai kaum muslimin, seluruh jalan-jalan kepada zina sudah Allah tutup. Dan semua itu sudah Allah haramkan dalam satu ayat:
Dan Rasulullah telah mengatakan dalam satu haditsnya :
(كتب على ابن آدم نصیبھ من الزنا فھو مدرك ذلك لا محالة: العینان زناھما
النظر والرجل زناھما الخطى ، والقلب یھوى ویتمنى، ویصدق ذلك الفرج أو
یكذبھ ) رواه البخاري ومسلم وأبو داود والنسائي
Dari Abi Hurairah Radiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. bahwa Beliau bersabda:
"Telah ditulis atas anak adam nasibnya (bagiannya) dari zina, maka dia pasti menemuinya, zina kedua matanya adalah memandang, zina kakinya adalah melangkah, zina hatinya adalah berharap dan berangan-angan, dan dibenarkan yang demikian oleh farjinya atau didustakan," (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i).
Dan dalam riwayat lain Beliau bersabda:
(والیدان تزنیان فزناھما البطش، والرجلان تزنیان فزناھما المشي والفم تزني
فزناه القبل ) رواه مسلم وأبو داود
"Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium." (H.R. Muslim dan Abu Dawud).
Wahai kaum muslimin kembalilah kepada Allah, sesungguhnya Allah telah memerintahkan dengan wasiat -sedangkan wasiat lebih dari sekedar perintah agar menjauhi seluruh fahisyah (perbuatan keji):
Artinya :
"...Dan janganlah kamu mendekati fahisyah yang tampak atau yang tersembunyi, dan janganlah
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak. Demikian itu yang diwasiatkan oleh
Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami." (Al Qur’an Surat Al An'am 151)
Dan juga Allah mengatakan bahwa diantara sifat-sifat orang mu'min yang akan beruntung adalah seorang yang menjaga kemaluannya dari zina,:
Artinya :
"...Dan orang-orang yang menjaga kemaluan mereka kecuali kepada istri-istri mereka atau perempuan-perempuan yang mereka miliki maka mereka tidak tercela. Barang siapa mencari selain itu maka merekalah orang-orang yang melampaui batas.." (Q.S. Al Mu'minun 5-7)
Maka kembalilah kepada Allah., sesungguhnya Allah akan membalas mereka yang berbuat ihsan dengan ihsan, yaitu orang orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan fahisyah.
Firman Allah:
Artinya:
"Dan hanya kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk Allah balas
orang-orang yang berbuat kejelekan atas apa-apa yang mereka kerjakan, dan Allah balas orang-orang yang berbuat ihsan (kebaikan) dengan ihsan, yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan fahisyah kecuali dosa-dosa kecil, sesungguhnya Allah Maha luas ampunan-Nya." (Q.S. An Najm 31-32).
Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mempersiapkan kenikmatan-kenikmatan dan kelezatankelezatan disisiNya yang jauh lebih baik dan lebih kekal untuk orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah serta menjauhi dosa-dosa besar dan fahisyah.
Firman Allah Ta'ala:
Artinya:
"Dan suatu apapun yang di berikan kepada kalian itu hanyalah kenikmatan hidup didunia, dan apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, untuk orang-orang yang beriman dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal. dan (bagi) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatanperbuatan
keji (fahisyah) dan apabila mereka marah mereka memaafkan." (Q.S. Asy Syura 36-37.)
Wahai kaum muslimin kembalilah kepada Allah... dan bertaubatlah kepada-Nya.... Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
وصلى الله على محمد وعلى آلھ وأصحابھ وسلم
سبحانك اللھم وبحمدك أشھد أن لا الھ إلا أنت أستغفرك وأتوب إلیك.
(Ditulis oleh al Ustadz Muhammad Umar as Sewed dengan judul الزنا لا تقربوا JANGANLAH
MENDEKATI ZINA, di Islamic Center Unaizah, King of Saudi Arabia, saat beliau belajar pada syaikh
Muhammad bin Sholih al Utsaimin rahimahullah.)

Rabu, 23 Juni 2010

IMAN KEPADA MALAIKAT

Iman adalah inti dari pada tauhid. Seseorang yang beriman akan tampak padanya dalam kehidupannya di dunia. Bagaimana sikap dan tingkah lakunya sebagai makhluk Allah SWT dan juga ketika dia berinteraksi dengan makhluk hidup-Nya. Rukun iman yang wajib kita imani ada enam perkara, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada hari kiamat dan iman kepada ketentuan baik dan buruk-Nya (Qadha dan Qadar).
Adapun pembahasan dalam makalah ini lebih fokus pada meyakini iman pada malaikat-malaikta Allah SWT, dan menjelaskan tentang tugas, sifat, dalil-dalil, serta meneladani sifat ta’at malaikat kepada Allah.
Makalah ini ditulis untuk mempermudah pemahaman, dalam pembelajaran aqidah akhlakI, dan semoga apa yang kami tulis di dalam makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Amin

Pengertian Malaikat Allah
Menurut bahasa “ملائكة” adalah bentuk jama’ dari “ملك”. Menurut suatu pendapat ia berasal dari kata “ألوكة” yang bermakna "رسالة"(pengutusan), dan ada yang menyatakan dari “لأك” yang bermakna “أرسل”(mengutus), dan ada pula yang berpendapat selain keduanya. (Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2009:51)
Adapun menurut istilah ia adalah salah satu jenis makhluk Allah SWT yang diciptakan khusus untuk ta’at dan beribadah kepadaNYA serta mengerjakan semua tugas-tugasNYA. Sebagaimana di jelaskan Allah SWT dalam firmannya:
:Artinya
Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.
(Al-anbiya’ 19-20) (Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2009:51)
Dan firman Allah yang berbunyi:
:Artinya
Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, Maha suci Allah. sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.(al-An-biya’: 26-27) (Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2009:52)
Iman kepada Malaikat, merupakan Rukun Iman yang kedua sesudah Iman kepada allah. Dimaksudkan Iman kepada Malaikat adalah mempercayai bahwa Allah itu mempunyai suatu jenis makhluk yang bernama Malaikat, yang selalu ta’at kepadanNYA dan mengerjakan dengan sebaik-baiknya tugas-tugas yang di berikan Allah kepada mereka. (Kuliah Aqidah Lengakap. 1990:81)
Malaikat termasuk makhluk Tuhan yang ghoib. Hal yang ghoib ialah segala yang tidak bisa “ditangkap” oleh panca indra. Kata “ghoib” itu sendiri artinya ialah hilang, lenyap, tidak ada. Jadi barang ghoib adalah sesuatu yang hilang, atau lenyap, atau tidak ada dalam jangkauan panca indra. Adapun sesuatu yang tidak dapat di jangkau oleh panca indra, sama sekali tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak ada, contoh: nyawa dan udara, keduanya jelas juga tidak dapat dijangkau oleh panca indra, keduanya juga tidak dapat dilihat oleh mata. Tetapi tidak berarti nyawa dan udara tidak ada. panca indra manusia yang terbatas kemampuannya, sehingga tidak mampu menembus perkara-perkara yang halus, bukan karena perkara-perkara yang halus itu sendiri yang tidak ada. karena ke-ghoibannya ini, maka persoalan yang menyangkut malaikat tidak dapat diketahui oleh manusia dengan akal kemanusiaanya dan hanya dapat diketahui dengan jalan pekabaran yang diterima dari Allah.
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a dibawah ini:
Malaikat diciptakan Tuhan dari Nur (cahaya), sedang Jin diciptakan dari Nar (api). (Kuliah Aqidah Lengakap. 1990:82)
1.2 Tugas-tugas dan Sifat-sifat Malaikat Allah
1.2.1 Tugas-tugas Malaikat Allah
Jumlah malaikat yang telah diciptakam oleh Allah SWT sangat banyak sekali bahkan melebihi jumlah manusia.yang ada di dunia ini, namun yang wajib diketahui oleh muslim di dunia ini hanya 10 orang dengan tugas yang berbeda-beda.
Adapun nama-nama dan tugas malaikat adalah sebagai berikut:
No Nama Malaikat Tugas Malaikat
Jibril :Ridwan menyampaikan wahyu dari Allah SWT
Mikail :Membagi Rizky dan menurunkan hujan
Izrail :mencabut nyawa
Israfil :meniup sangkala di hari kiamat
Munkar :menanyai manusia di dalam kubur
Nakir :menyiksa manusia di dalam kubur
Raqib :mencatat amal baik
Atid :mencatat amal buruk
Malik :menjaga pintu neraka
ridwan :menjaga pintu surga


Perbedaan Manusia, Malaikat dan Makhluk Ghaib Lainnya
No Manusia Malaikat Jin, Iblis, dan Setan
1 Diciptakan dari tanah Diciptakan dari cahaya Diciptakan dari api
2 Punya akal dan nafsu Punya akal tidak mempunyai nafsu Punya akal dan nafsu
3 Ada yang taat kepada Allah SWT dan ada yang ingkar Semuanya taat kepada Allah SWT Selalu ingkar kepada Allah SWT (Iblis dan setan)
4 Berjenis kelamin Tidak berjenis kelamin Berjenis kelamin
5 Butuh makan, minum dan tidur Tidak butuh makan, minum dan tidur Butuh makan, minum, dan tidur
6 Tidak lepas dari dosa Suci dari dosa Tidak lepas dari dosa
7 Pikirannya berubah-ubah Pikirannya statis Pikirannya berubah-ubah

Adapun nama jibril kadang-kadang bisa di sebut dengan “Ruhul Qudus”. Seperti halnya yang telah dijelaskan Allah dalam Q.S Al-baqaroh 87

Artinya:
Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?.
Kadang-kadang juga disebut dengan “Ruhul Amin” Seperti halnya yang telah dijelaskan Allah dalam Q.S Asy-Syura 193:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman,
1.2.2 Sifat-sifat Malaikat Allah
Sifat-Sifat Dasar Malaikat Allah SWT :
1) Pasti selalu patuh pada segala perintahAllah dan selalu tidak melaksanakan apa yang dilarang Allah SWT.
2) Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.
3) Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.
4) Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.
5) Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.
Sifat-sifat malaikat yaitu mereka selalu patuh terhadap apa-apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. Mereka tidak diciptakan untuk membangkang atau melawan kepada Allah. Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi.
Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak makan, minum atau tidur seperti manusia. Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan.
Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Beberapa nabi dan rasul telah di tampakkan wujud malaikat yang berubah menjadi manusia, seperti dalam kisah Luth, Maryam, Muhammad dan lain-lainnya.
Berbeda dengan ajaran Nasrani dan Yahudi, Islam tidak mengenal istilah "Malaikat Yang Terjatuh" (Fallen Angel). Iblis adalah nenek moyang Jin, seperti Adam nenek moyang Manusia. Jin adalah makhluk yang dicipta oleh Allah dari 'api yang tidak berasap', sedang malaikat dicipta dari cahaya.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang bersifat gaib, diciptakan dari nur (cahaya), selalu taat, tunduk, dan patuh pada Allah SWT, tidak pernah ingkar janji kepada-Nya, dan tidak membutuhkan makan dan minum ataupun tidur.
Mereka tidak mempunyai keinginan apa pun yang bersifat fisik dan juga kebutuhan yang bersifat materiil. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam untuk mengabdi kepada Tuhan.
Adapun ayat-ayat Al Qur'an yang menyebutkan tentang malaikat antara lain terdapat dalam surat:
• Al-Baqarah: 177 dan 285
• Ãli-'Imrân: 39, 42, 124, dan 125
• An-Nisâ: 97 dan 172
• Al-Anfâl: 9 dan 12
• Al-Hijr: 8
• Al-Anbiyâ: 19-20
• Al-Ahzâb: 56
• Asy-Syûrâ: 5
• At-Tahrîm: 4 dan 6
• Al-Ma'ârij: 4
Dari beberapa keterangan dapat disimpulkan bahwa malaikat adalah makhluk Allah SWT dengan sifat-sifat sebagai berikut:.
1. Diciptakan dari nur (cahaya)
2. Semuanya taat dan berbakti pada Allah SWT
3. Tidak berjenis lelaki maupun perempuan
4. Tidak membutuhkan makan, minum, maupun sarana-sarana fisik lainnya
5. Tidak akan mati sebelum datangnya hari kiamat. Karena itu jumlahnya tidak dapat bertambah atau berkurang.
6. Gaib, tidak dapat dilihat oleh manusia biasa
7. Tidak pernah mengingkari Allah SWT dan berbuat dosa kepada-Nya
8. Hanya mengerjakan apa yang diperintahkan dan tidak ada inisiatif untuk berbuat yang lain
9. Diciptakan Allah SWT dengan tugas-tugas tertentu.
1.3 Dalil Naqli Adanya Malaikat Allah SWT
Artinya:
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."(QS.Albaqarah: 285)
Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. ."(QS.Albaqarah: 177)
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
(An-Nisa’ : 136)
Artinya:
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Seperti yang diterangkan dalam kitab; العوام)عقيدة( yang dikarang oleh Syaiyid Ahmad Marzuki
والملك الذى بلا اب وام لا اكل لاشرب ولانوملهم
تفصيل عشرمنهم جبريل ميكال اسرافيل عزرائىيل
منكرنكيرورقيب وكذا عتيدمالك ورضوان احتذي
Setiap orang mukalaf wajib meyakini bahwa Allah memiliki malaikat yang tidak diketahui jumlahnya kecuali Allah dan yang wajib diketahui jumlahnya ada 10 (sepulu) yaitu: jibril, mikail, isrofil, izroil, ridwan, munkar, nakir, rokib, atit, malik.
Artinya:
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
Artinya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Artinya:
(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.

2.1 Meneladani Sifat Ta’at Malaikat Kepada Allah SWT
Meneladani Sifat Ta’at Malaikat Kepada Allah SWT yaitu dengan meyakini makhluk Allah yang bernama malikat itu selalu taat kepada Allah dan tidak pernah melanggar apa yang diperintahkan Allah olehnya.
Pengabdian yang berupa keta’atan kepada Allah itu terjadi secara otomatis, sebab mereka diciptakan semata-mata memang dengan tugas mengabdi kepadaNYA, dan lagi pula mereka tidak diberi nafsu-nafsu penggod seperti makhluk yang lain. Oleh karenanya pengabdian mereka kepada Tuhan tidak melalui perjuangan seperti halnya manusia yang dalam mengabdi kepada Allah harus di sertai perjuangan gigih melawan hawa nafsunya sendiri. Tetapi justru disinalah letak lebih tingginya martabat manusia di banding dengan martabat malaikat. Manusia harus berjuang didalam hidupnya, akan tetapi malaikat tidak.
Seperti dalam Q.S At-Tahrim ayat 6 di jelaskan tentang keta’atan malaikat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah:
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S At-Tahrim:6 )














DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung. Syamil Cipta Media
Sulaiman, Umar. 2006. Rahasia Alam Malaikat. Jakarta, Cendekia Sentra Muslim
Tim Ahli Ilmu Tauhid. 2009. Kitab Tauhid. Jakarta, Darul Haq
Tatapangarsa, Humaidi. 1990. Kuliah Aqidah Lengkap. Surabaya, PT Bina Ilmu
Ridwan, Iman. 2005. Aqidah akhlak. Bandung, Angkasa Bandung
http://islam.elvini.net/malaikat.cgi
http://id.wikipedia.org/wiki/Malaikat
http://organisasi.org/definisi-pengertian-malaikat-sifat-dan-fungsi-iman-kepada-malaikat-allah-swt-pendidikan-agama-islam